Header Ads

Sejak Pergantian Pengelolaan Air dari PT ATB ke PT Moya, Masyarakat Terus Mengeluhkan Pasokan Air yang Sering Mati

                                                   Jimmy Darma Sila 



Tagihan Membengkak, Air Keruh dan Sering Mati

Sinarkepri.co.id.Batam-Hampir setiap harinya keluhan pelanggan air di Kota Batam tak pernah berhenti disebabkan layanan pasokan air sering mati.  Keluhan masyarakat seputar seringnya mati pasokan air terjadi sejak pergantian pengelolaan air dari PT ATB ke PT Moya Indonesia sejak akhir 2020 lalu, tepatnya November 2020 lalu. 


Tagihan pembayaran air setelah pengelolaan oleh PT Moya Indonesia     


Kendati demikian, keluhan masyarakat mengenai pelayanan pasokan air selama kurang lebih tiga setengah tahun ini, belum ada respon yang positif dari instnansi terkait dalam hal ini BP Batam dan PT Moya untuk mengatasinya.  Di samping pasokan air yang sering mati dari psgi hingga sore, juga pembayaran yang kerap melonjak atau membengkak.



Tagihan pembayaran saat masih  PT ATB


Keluhan masyarakat mengenai buruknya pelyanan  air di Kota Batam sebenarnya sudah sampai diadakan rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD Batam Januari 2021 lalu.  Saat itu komisi I DPRD Batam mengadakan RDP dengan perwakilan dari PT MOYA Indonesia dan BP Batam. Adapun RDP yang diadakan untuk menanyakan ke pihak PT Moya dan BP Batam tentang keluhan masyarakat mengenai naiknya tagihan air, sementara pasokan air sering mati.

Namun dari hasil RDP tersebut, hingga kini tak  ada perobahan yang signifikan, terutama dari sisi kelancaran pasokan air.  Tak hanya RDP sejumlah pemerhati dan LSM telah menyoroti buruknya pelayanan pasokan air sejak pergantian pengelolaan air dari PT ATB ke PT Moya Indonesia sehingga kerap disuarakan agar PT Moya sebagai pengelola air ditinjau Kembali.

Ketua Forum Peduli Keluhan Masyarakat Atas Air Bersih (Forpekemastabb) Thomas AE bahkan menilai,  PT Moya Indonesia tidak mampu dan tidak profesional dalam pengelolaan air bersih di Kota Batam.  Tak hanya RDP dengan DPRD Batam maupun suara-suara dari LSM yang mengeluhkan pelayanan air oleh PT Moya,   

Ombudsman perwakilan Kepri juga menyoroti keberadaan PT Moya Indonesia sebagai pengganti PT ATB yang mengelola air di Batam.  Kepala Perwakilan Ombudsman Kepri Lagat Siadari  juga sependapat, bahwa pelayanan pasokan air jauh lebih baik  berharap agar BP Batam menjelaskan ke publik, bagaimana bentuk kerjasana pengelolaan air PT Moya dengan BP Batam. Seperti,

Kendati beberapa kalangan mulai dari RDP DPRD, LSM, Ombudsman hingga elemen Masyarakat menyoroti keluhan masyarakat tentang seringnya mati pasokan air dan tarif pembayaran yang membengkak, sepertinya belum ada solusi yang ditempuh untuk mengatasinya.

Bahkan beberapa minggu belakangan ini semakin sering terdengar keluhan matinya atau terhentinya aliran air sampai berhari-hari.  Ada yang mengeluhkan air hanya mengalir malam hari atau bahkan sama sekali tidak mengalir.

Jimmy Darma Sila contonya. Salah seorang warga perumahan Cahaya Garden Bengkong, mengeluhkan, pasokan air hanya mengalir pada sore hari hingga malam.  Sementara pagi harinya hingga siang mati total. Tragisnya, pembayaran tetap melonjak, seraya membandingkan saat masih dikelola PT ATB.  Kemudian kualitas air semakin rendah disebabkan warna air sering kekuning-kuningan apalagi jika baru mulai mengalir.

Jimmy menjelaskan, selama dikelola pihak ATB . tidak pernah membayar tagihan air sampai serratus ribu rupiah.  Namum setelah pergantian pengelolaan air oleh  PT Moya, pembayaran tagihan air rata-rata diatas  Rp150ribu dengan catatan, air sering mati.  Sebenarnya tidak masalah jika pembayaran naik, jika aliran air lancar.  Namun yang terjadi pasokan air sering mati, malah pembayaran tagihan air semakin tinggi bukan semakin berkurang.

Untuk konfirmasi keluhan para pelanggan air di kota Batam, media sudah berupaya menghubungi humas PT Moya.  Namun belum ada jawaban sampai saat ini. (arifin)

 

 





Diberdayakan oleh Blogger.