Kasus Dugaan Tabung Oksigen Kosong, Ombudsman Datangi RS Pirngadi Medan
Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara mendatangi RS Pirngadi Medan untuk meminta klarifkasi prosedur pelayanan medis di sana, Sabtu (29/5/2021). (KOMPAS.com/DANIEL PEKUWALI)(KOMPAS.com/DANIEL PEKUWALI)
sinarkepri.co.id.Medan-Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) Abyadi Siregar mendatangi Rumah Sakit Pirngadi Medan, Sabtu (29/5/2021). Kedatangan Ombudsman ke rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan itu untuk meminta klarifikasi terkait beredarnya sebuah video yang berisi kekecewaan pasien terhadap rumah sakit. Dalam video yang beredar itu, diduga pihak rumah sakit memberikan tabung oksigen kosong kepada pasien yang sedang kritis. "Kedatangan kita terkait video viral yang beredar di media sosial," kata Abyadi. Menurut dia, berdasarkan video yang beredar tersebut, diduga kuat ada kesalahan prosedur saat pasien tersebut dirawat di RS Pirngadi.
Hal ini yang membuat mereka perlu untuk
meminta klarifikasi dari pihak rumah sakit.
"Kita mau lihat bagaimana
layanan kesehatan di Pirngadi ini. Benarkah kelalaian perawat atau tidak?"
kata Abyadi. Baca juga: Soal Video Viral Pasien Sekarat karena Tabung Oksigen
Kosong, RS Pirngadi: Ada Isinya Dalam pertemuan itu, pihak RS Pirngadi sudah
membantah semua tuduhan kelalaian, termasuk soal tuduhan tabung oksigen yang
kosong. "Pihak Dirut sudah mengklarifikasi terkait informasi yang ada di
video, dan Beliau membantah semua itu," kata Abyadi.
Sebelum meminta klarifikasi dari
pihak rumah sakit, Ombudsman juga telah meminta keterangan dari salah seorang
anak pasien, Rawi Candra. Ombudsman akan merangkum keterangan dari kedua pihak
tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya. Meski demikian, Ombudsman tetap
mendesak pihak rumah sakit untuk mengevaluasi kinerja dan pelayanan di tiap
unit yang ada di sana. Termasuk soal kanal-kanal pengaduan yang harus
disiapkan, untuk memudahkan masyarakat apabila ada keluhan terkait pelayanan di
rumah sakit itu. "Tadi kita tekankan di situ, setiap informasi pengaduan
terhadap keluarga pasien dan Pirngadi ini terinformasi secara masif di seluruh
ruang rawat inap. Sehingga setiap persoalan pasien tersampaikan kepada unit
manajemen pengaduan Pirngadi," kata Abyadi. Keterangan pihak RS Pirngadi
Pihak rumah sakit membantah seluruh tuduhan yang ada dalam video tersebut.
Direkur RS Pirngadi Suryadi Panjaitan
menjelaskan, saat pasien tersebut masuk pada 19 Mei 2021, statusnya adalah
unregister. "Artinya, semua pelayanan maupun pembiayaan itu ditangggung
Pemkot Medan melalui APBD," kata Suryadi. Dia mengklaim bahwa pihaknya telah memberi
pelayanan terbaik semampu mereka. Rumah sakit langsung membentuk tim, mulai
dari dokter penyakit dalam, paru dan bedah tulang untuk menangani pasien. Saat
itu, pasien didiagnosis mengidap diabetes akut, luka infeksi di bagian kaki,
serta sesak napas. Dia juga menampik tuduhan bahwa pasien mendapat perlakuan
tidak baik selama proses perawatan, terutama soal masalah infus. "Masalah
disinggung soal infus, saya rasa tidak benar. Kenapa baru sekarang dikeluhkan,
padahal kita layani dari mulai masuknya pasien dari rumah sakit swasta, pindah
ke Pirngadi, dilayani dengan baik dari IGD terus sampai ke ruangan," kata
dia. Begitu juga dengan masalah rujukan prosedur angiografi ke Rumah Sakit Adam
Malik, yang menurut pihak keluarga, lamban diurus oleh RS Pirngadi.
Menurut dia, keputusan itu diambil
pada hari Minggu. "Kita Senin baru konfirmasi kepada Adam Malik. Semua
biaya, administrasi kami siapkan," kata Suryadi. Hanya saja, pihaknya
tidak serta merta langsung membawa pasien tersebut ke RS Adam Malik, karena
harus menunggu jadwal dari rumah sakit itu. "Jadi kita enggak bisa membawanya.
Ya sudah, kita layani dulu sebaik mungkin," kata Suryadi. Tuduhan tabung
oksigen kosong Suryadi juga mengklarikasi soal kondisi tabung oksigen yang
disebut kosong. Menurut dia, saat itu isi tabung oksigen masih ada sebanyak 250
liter.
Tetapi, karena pihak keluarga sudah
terlanjur emosional karena orang tua mereka meninggal, mereka tidak bisa
melihat kondisi yang sebenarnya. Saat pertama kali masuk, kondisi pasien sudah
sangat serius, dengan luka pada kaki yang cukup parah, sehingga harus dilakukan
bedah tulang atau amputasi. Prosedus amputasi dilakukan agar luka infeksi tidak
menjalar lebih luas dan bisa menyebabkan kematian. "Jadi bukan karena
tabung kosong," kata Suryadi. Pihak rumah sakit juga menyayangkan aksi
penyerangan terhadap perawat saat insiden itu terjadi. Menurut Suryadi, perawat
yang diserang itu masih dalam kondisi trauma dan tengah menjalani opname.
"Dia dorong itu (perawatnya), dia gerahap wajahnya. Mestinya mereka
melihat upaya yang dilakukan rumah sakit. Masih trauma itu. Memulihkan trauma
itu sulit. Kami membujuk keluarga (perawat), itu keluarga mau menuntut
itu," kata Suryadi. (Kompas.com)