Inilah Mengapa Mudik Sangat Berisiko Sebarkan Covid-19
“Sebab, angka positive rate-nya masih di atas 10 persen yang
berarti virusnya masih liar,” kata dia dalam webinar “Kontroversi Mudik Lebaran
Saat Covid-19 Belum Pensiun”, Sabtu (1/5/2021) dilansir dari Antara, Sabtu
(1/5/2021). Ridwan melanjutkan, pelarangan mudik bertujuan untuk mengontrol
penyebaran Covid-19, khususnya pada mereka yang tidak bergejala. Risiko
kerumunan mudik
Resiko kerumunnan mudik
Menurut Ridwan, saat mudik kendaraan akan dipenuhi rombongan
keluarga, sehingga protokol kesehatan jaga jarak akan sulit dilakukan.
“Pelarangan mudik itu prinsip dasarnya adalah mengurai kerumunan. Jadi makin
tinggi kerumunan di ruang tertutup, maka transmisinya akan makin meningkat,”
ujar dia.
Ilustrasi Mudik(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Selain risiko tertular Covid-19 makin meningkat karena
kerumunan mudik, durasi perjalalan juga dapat memicu penyebaran virus. “Jika
perjalanannya lama, maka kemungkinan terpaparnya akan lebih tinggi, apalagi
jika alat transportasinya tidak didukung dengan sistem penyaringan dan
pembersih udara yang baik,” imbuh Ridwan. Kondisi saat mudik pun ia anggap
tidak memungkinkan pemudik menerapkan protokol kesehatan karena berada di dalam
kendaraan yang padat dan tertutup, sehingga risiko penularan tinggi.
“Perilaku pemudik, kalau sudah kelelahan tidak mungkin
protokol kesehatan jalan,” sambung Ridwan. Tak hanya risiko perjalanan
Tak hanya resiko perjalanan
Sementara itu, risiko penyebaran Covid-19 tak hanya ada
akibat perjalanan saja. Risiko penyebaran masih berlanjut begitu pemudik sampai
di tujuan. “Saat tiba di tempat tujuan, orang-orang dari kota yang pergi ke
desa membawa virus pada tubuh mereka dan meninggalkannya Ketika kembali ke
tempat asal,” lanjut Ridwan. Jika ada kegiatan makan bersama yang dalam
prosesnya ada penggunaan sendok dan alat makan secara bersamaan, maka hal itu
akan meningkatkan penyebaran virus.
Menurut dia masyarakat Indonesia harus belajar dari India
yang kini tengah menghadapi gelombang Covid-19. “Di India itu ada factor
utamanya pemilukada, perayaan agama, pelonggaran protokol kesehatan, eurofia
vaksin, orang desa kembali ke kota untuk bisnis dan institusi yang tidak
melaksanakan protokol kesehatan, ditambah lagi dengan mutasi virus,” ujar
Ridwan. Adapun, dilansir dari Kompas.com, Rabu (5/5/2021), India melaporkan
357.229 kasus Covid-19 pada Selasa (4/5/2021), sehingga total kasusnya berada
di angka 20,3 juta. (Kompas.com)