Header Ads

3 dari 10 Varian Corona Paling Diperhatikan WHO Sudah Masuk Indonesia

Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). Gubernur DKI Anies mengakui adanya lonjakan pengunjung di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut, dari sekitar 35.000 pengunjung pada hari biasa menjadi sekitar 87.000 orang pada akhir pekan ini sehingga pihaknya menyiagakan sekitar 750 petugas untuk menjaga kedisiplinan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.(ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Tiga dari 10 daftar varian paling mengkhawatirkan dan masuk dalam daftar perhatian WHO sudah masuk ke Indonesia. Pertama adalah B.1.17, varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris dan merupakan strain paling umum yang beredar di AS saat ini. Kedua B.1.617, atau strain mutan rangkap tiga yang pertama kali ditemukan di India dan menjadi pemicu tsunami Covid-19 di negara itu. Ketiga B.1.351, varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Masuknya tiga varian virus corona tersebut berasal dari masuknya turis luar negeri dan hal itu sudah dikonfirmasi Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hingga saat ini ada 16 kasus Covid-19 di Indonesia yang disebabkan penularan mutasi baru virus corona dari Inggris, India, dan Afrika Selatan. Belasan kasus ini telah dilaporkan Budi kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas, Senin (3/5/2021). "Tadi juga sudah dilaporkan kepada Bapak Presiden karena sudah ada mutasi baru yang masuk, yaitu mutasi dari India. Ada dua insiden (penularan dari India) yang sudah kita lihat dua-duanya di Jakarta dan satu insiden dari Afrika Selatan itu ada di Bali," ujar Budi dalam siaran langsung konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden. "Jadi, selain mutasi dari Inggris yang sekarang sudah ada 13 insiden, (kemudian) sudah ada dua mutasi dari India masuk dan satu mutasi dari Afrika Selatan," jelasnya. Budi menekankan bahwa varian baru yang menyebabkan 16 kasus penularan itu masuk sebagai kategori variant of concern atau mutasi yang memang sangat diperhatikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya, dampak penularan yang diakibatkan ketiga varian baru itu lebih besar sehingga dia meminta masyarakat lebih waspada. "Mumpung masih sedikit karena mereka pasti akan segera menyebar karena penularannya relatif lebih tinggi dibandingkan yang lain," tegas Budi. "Adalah tugas kita bersama untuk segera melakukan isolasi untuk yang terkena, disiplin melakukan testing, tracing untuk kontak erat dari daerah sekitarnya," lanjutnya. Budi pun mengingatkan masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak secara disiplin. Menurut Budi, apa pun virusnya dan seperti apa pun mutasinya akan bisa dicegah penularannya apabila protokol kesehatan diterapkan secara maksimal. "Itu sebabnya kenapa saya akan terus-menerus mengingatkan bawa disiplin protokol kesehatan itu harus dijalankan oleh kita semua di mana pun kita berada," tegas Budi. Pernyataan Budi ini dibenarkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi. Varian B.1.617 ditemukan pada dua kasus positif Covid-19 di Jakarta. Varian B.1.351 ditemukan pada satu kasus di Bali. Dan ada 13 kasus positif Covid-19 yang disebabkan oleh varian B.1.1.7.

Variant of Concern WHO

 Dilansir CNBC International, Senin (3/5/2021), strain Covid-19 baru muncul setiap hari karena virus terus bermutasi. Namun hanya segelintir yang masuk dalam daftar pantauan resmi WHO dan dilabeli sebagai varian yang sangat diperhatikan atau variant of concern. Varian yang secara khusus dilabeli sangat diperhatikan ini, secara umum didefinisikan sebagai strain yang bermutasi lebih menular, lebih mematikan, dan lebih kebal terhadap vaksin dan perawatan yang ada saat ini. “Sebenarnya ada sejumlah varian virus yang terdeteksi di seluruh dunia, yang semuanya perlu kita nilai dengan benar,” kata Van Kerkhove. Ilmuwan melihat seberapa banyak setiap varian beredar di daerah lokal, apakah mutasi mengubah keparahan atau penularan penyakit, dan faktor lain sebelum mengkategorikannya sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang baru. “Ada varian baru setiap hari yang sedang diidentifikasi dan dilaporkan, tidak semuanya penting.”

Van Kerkhove mengatakan, klasifikasi variant of concern ditentukan, setidaknya sebagian, oleh kapasitas urutan yang berbeda-beda di setiap negara. Dia mengatakan, WHO juga mencari ahli epidemiologi lokal sebagai perpanjangan dari "mata dan telinga" badan tersebut untuk lebih memahami situasi di lapangan dan mengidentifikasi varian lain yang berpotensi berbahaya. “Penting bagi kami untuk melakukan diskusi yang tepat untuk menentukan mana yang signifikan dari nilai kesehatan masyarakat, artinya apakah hal itu mengubah kemampuan kami untuk menggunakan tindakan sosial kesehatan masyarakat, atau tindakan medis apa pun yang kami lakukan saat ini,” katanya. Van Kerkhove mengatakan sejumlah negara memiliki beberapa tren yang mengkhawatirkan. Tren mengkhawatirkan yang dimaksud berdasarkan peningkatan jumlah kasus, peningkatan tingkat rawat inap dan tingkat ICU di negara-negara yang belum memiliki akses ke vaksin, hingga belum mencapai tingkat cakupan yang dibutuhkan untuk benar-benar berdampak pada penyakit parah, kematian, serta penularan. (Kompas.com)

Diberdayakan oleh Blogger.