189 Tahun Kota Batam, Infrastruktur Digesa Menuju Kota Metropolitan *Pariwisata Menjadi Andalan Meningkatkan Devisa Daerah
![]() |
Walikota HM Rudi SE, MM dan Wakil Walikota Amsakar Achmad S.Sos, MSi Foto: net) |
![]() |
Masjid Raya kebanggan masyarakat Batam. (foto: net) |
![]() |
kawasan Nagoya, pusat kota Batam (foto: net) |
![]() |
Abdul Muis, tokoh masyarakat Banjar |
Raja
Isa sendiri adalah Putra dari Raja Ali dengan Permaisurinya yang bernama Raja
Buruk binti Raja Abdulsamad. Raja Ali sendiri adalah cucu dari Yang Dipertuan
Muda Riau V ibni Daeng Kamboja Yang Dipertuan Muda Riau III. Dari silsilah
keluarga kerajaan tersebut, jelaslah bahwa Raja Isa masih keturunan Yang
Dipertuan Muda Riau. Pada zamannya, Raja Isa adalah tokoh penting dalam
keluarga kerajaan Riau.. Masih menurut sumber tulisan itu, Raja
Isa lah yang kemudian membuka sebuah perkampungan baru di Batam yang kemudian
diberi nama ' Nongsa'.
Terlepas dari
sejarah yang dikutip dari berbagai sumber diatas, saat ini Kota Batam terbilang cukup pesat pembangunannya. Minimal untuk ukuran sejumlah daerah di Indonesia,
khususnya di luar pulau Jawa, jika dibandingkan dengan sebelum penetapannya
menjadi daerah Otonom tahun 1999. Pulau Batam
yang pada awalnya merupakan sebuah Kecamatan berpusat di Belakang Padang dan
merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan Ibukotanya Tanjungpinang,
tahun 1983 menjadi Kotamadya Administratif dengan Walikotama pertama Ir Usman Draman. Kotamadya Administratif yang disandang Batam bertahan hinggan tahun
1999. Kemudian meningkat menjadi kota
Otonom dengan Plt Walikota Drs Nazief Soesila Dharma.
Peningkatan status menjadi daerah Otonom
Kota Batam inilah mulai beranjak pembangunan pesat pulau Batam atau kota Batam.
Namun harus diakui, peran besar Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam telah meletakkan fundasi pembangunan sejumlah infrasturuktur vital seperti
Bandara Hang Nadim dan pembangunan 6 Jembatan fenomenal Trans Barelang, tidak bisa dikesampingkan. Banyak infrasruktur
yang sudah dibangun Badan Otorita Batam yang kemudian berganti menjadi Badan
Pengusahaan Batam, menjadi modal besar Pemerintah Kota (Pemko) Batam untuk
semakin meningkatkan pembangunan infrastruktur lainnya, seiring dengan
kewenangannya yang lebih luas sesuai
dengan status Otonomi daerah.
Pembangunan berkelanjutan infrasturktur kota
Batam, memang ada kalanya stagnan dan tidak
mudah, akibat krisis global yang
dampaknya dirasakan. Sebagai contoh, krisis moneter Juli 1997 lalu berlanjut tahun 1998 membuat
pembangunan tersendat. Kawasan industri
Batamanindo sejak tahun 1998 berangsur
lesuh akibat banyaknya pabrik yang tutup mengakibatkan karyawan terpaksa terkena PHK. Tak hanya kawasan industri Batamindo, industry
galangan kapal, di kawasan Tanjung
Uncang dan Sekupang banyak yang tutup. Tragisnya,
seiring dengan reformasi, justru Batam
semakin dibanjiri urbanisasi dari segala penjuru tanah air ditengah semakin
merosotnya kegiatan industri. Kendati
demikian, Batam masih bisa menggeliat dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dibandingkan daerah lain di Indonesia,
sehingga pertambahan penduduk taak bisa dibendung.
Bertahannya Batam di tengah perkonomian yang
lesuh di seluruh Indonesia, memang tak terlepas dari fondasi perkonomian yang
telah lama terbangun oleh Badan Otorita Batam.
Perjalannya kemudian, semangat Otonomi daerah yang memungkinkan
Pemerintah Kota Batam semakin dapat berbuat kebijakan yang lebih baik untuk
kesejahteraan masyarakatnya.
Melihat perjalanan Otonomi
daerah yang sudah dijalankan kota Batam, selepas Plt Walikota Nazief Soesila
Dharma, maka pemilihan Walikota pertama kalinya secara resmi dilaksanakan tahun
2000 lalu oleh DPRD. Drs. H Nyat Kadir
yang memenangi pemilihan bersama Asman Abnur SE, selama lima tahun membenahinya
cukup baik dan meletakkan fondasi pemerintahan otonom untuk dilanjutkan
penggantinya. Almarhum Drs Manan Sasmita
yang sempat sebagai Plt Walikota untuk mengisi kekosongan jabatan, juga dinilai
cukup berhasil meneruskan apa yang diperbuat pendahulunya.. Selanjutnya di era pemerintahan
Walikota Drs Ahmad Dahlam-Ir Ria
Saptarika, pembangunan infrastruktur perkotaan semakin ditingkatkan hingga
kemudian periode kedua kepemimpinan Ahmad Dahlan berduet dengan wakil HM Rudi
SE pembangunan infrastruktur tetap dilanjutkan..
Selepas kepemimpinan
Ahmad Dahlan dua periode berakhir 1 Maret tahun 2016 lalu, maka tongkat estafet
kepemimpinan HM Rudi SE bersama Amsakar
Achmad S.Sos MSi saat ini, pembangunan infrastruktur semakin meningkat. Duet Walikota HM Rudi SE MM bersama Wakilnya
Amsakar Achmad banyak kaangan menilai,
sebagai pemimpin yang saling melengkapi. Pasangan Walikota dan Wakil walikota
HM Rudi-Amsakar Achmad yang disebut saling
melengkapi, dengan melihat latar
belakang duet tersebut. Walikota HM
Rudi SE MM yang sudah kenyang di
beberapa jabatan, mulai dari mantan
anggota Polri, pengusaha sukses,
anggota DPRD hingga Wakil Walikota Batam saat mendampingi
Walikota Drs Ahmad Dahlan, merupakan modal besar untuk memajukan kota Batam
lebih baik..
Demikian juga Wakil Walikota Amsakar
Achmad S.Sos MSi, merupakan birokrat murni yang sudah kenyang di berbagai jabatan
Pemerintah Kota Batam. Misalnya pernah
sebagai Kabag pembangunan hingga Kepala dinas perdagangan hingga menjadi wakil
walikota.. Di era pemerintahan Walikota
HM Rudi dan Wakil walikota Amsakar Achmad saat ini, telah banyak melakukan
terobosan pembangunan infrastruktur,
seperti pelebaran jalan sampai pembenahan drainase. Pembangunan peningkatan infrastruktur kota yang
semakin gencar dan terarrah ini, kendati APBD Kota Batam deficit, duet Walikota dan Wakil kota ini
mensiasatinya dengan pengurangan belanja yang kurang efisien untuk
keberlangsungannya. Hasilnya, dapat dilihat saat ini, hampir
seluruh ruas jalan di kota Batam, utamanya di kawasan Nagoya dan Batam Centre, lebarnya
sangat memadai. Tak hanya di pusat kota, tetapi juga sampai seluruh kawasan kota
Batam, seperti Bengkong, kawasan Sagulung dan Batu Aji, seperti
pelebaran jalan Kapling disambut positif masyarakat disana.
Pembangunan infrasturuktur perkotaan ini di
era duet HM Rudi-Amsakar Achmad tentu punya tujuan dan target. Lengkapnya
infrasturktur daerah atau Kota, dapat dipastikan akan mengundang lebih
banyak wisatawan, baik wisatawan
domestic maupun mancanegara. Apalagi, kota
Batam letak geografisnya yang sangat berdekatan dengan Negara tetangga,
utamanya Singapura, Malaysia dan
Thailand, maka targetnya akan bisa menggaet wisatawan Negara-negara tetangga tersebut,. Bahkan lebih utama lagi, bisa menggaet limpahan wisatawan mancanegara ke
Negara itu, untuk berkunjung ke Batam.
Industri manufacturing,
menang diakui saat ini mengalami kelesuan, kendati ada sinyal investor asing sudah
mulai masuk jika menyimak informasi dari Badan Pengusahaan Batam. Namun pembangunan infrastruktur yang gencar
dilaksanakan Pemerintah Kota Batam sejak tahun 2017 lalu hingga saat ini, jika
nantinya sudah rampung, dipastikan akan
memunculkan pelaku-pelaku industtri pariwisata yang baru. Sektor pariwisata, untuk menambah pendapatan asli daerah, cukup potensial bisa digapai bila sarana dan prasarana terus dibenahi. Teramsuk pem takterlepas dari bangunan
infrastruktur, pembuatan beberapa taman
kota hingga sarana taman margasatwa
(kebun binatang) untuk menarik lebih banyak
wisatawan.
Sektor pariwisata sejalan dengan upaya pemerintah pusat menggalakkan industry kreatif di setiap
daerah, memang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membangun sarana dan prarananya. Tetapi harus diakui, devisa atau
pendapatan dari sektor pariwisata//indusri kreatif untuk memajukan suatu daerah, banyak daerah
yang sudah berhasil. Misalnya saja, Bali dan NTB (Lombok sebelum gempa-red), sangat tinggi pendapatannya dari sektor
pariwisata.
Batam tentu lebih potensial bisa meningkatkan pendapatan darii
sektor pariwisata, jika melihat letak geografisnya
yang strategis, berdekatan dengan Negara yang sudah terlebih
dahulu maju pariwisatanta, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Peningkatatan pembangunan infrasturktur
kota Batam yang digesa sejak dua tahun belakangan ini, kalangan masyarakat
optimis, bahwa Batam sangat dimungkinkan menuju Kota Metropolitan hingga
Megapolitan. Hal ini memungkinkan, mengingat letak geografis Kota Batam yang begitu
dekat dan berbatasan langsung dengan Negara yang sudah tergolong maju,
yaitu Singapura dan Malaysia termasuk Thailand dimana sektor pariwisatanya
maju pesat. Apalagi jika sampai
melakukan study banding dan belajar ke Negara tetangga Singapura dan Malaysia
termasuk Thailand bagaimana memajukan sektor pariwisata. Tanda ke arah kota Metropolitan memang semakin
terpampang di depan mata. Karenanya,
peran masyarakat kota Batam, tentu harus medukung langkah pemerintah kota
Batam dalam pembangunan infrastruktur yang sedang giat digesa saat ini. Masyarakat Batam, harus siap untuk
menyambutnya dengan berbagai peran.
Sekecil apapun peran masyarakat, dapat
membantu pemerintah untuk mencapai kota
Batam menuju kota Modern, terutama
menuju kota Metropilitan yang siap menampung wisatawan domestik maupun wistawatan mancanegara. Peran masyarakat bisa diwujudkan di berbagai
bidang. Misalnya, dengan kesadaran menjaga
kebersihan lingkungan. Tidak membuang sampah secara sembarangan.
Tertib lalu lintas sebagai cermin suatu bangsa, hingga kesadaran membayar pajak
atau retribusi daerah seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Bagaimana tanggapan
masyarakat seputar pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan saat ini
kendati di tengah defisit anggaran Pemko Batam beberapa tahun ini? Pada umumnya disambut positif dan
mengapresiasi kinerja duet
Walikota-Wakil walikota HM Rudi
dan Amsakar Achmad. Pelebaran jalan di
beberapa kawasan, kendati masih ada dalam pengerjaan, namun dinilai sudah dapat
mengurangi kemacetan yang kerap terjadi selama ini.
Tokoh masyarakat Banjar di Batam Abdul Muis yang sudah bermukim di
kota Batam 30 tahun lalu mengatakan, pembangunan infrastruktur yang dilakukan
Pemko Batam saat ini, harus didukung masyarakat. Itu artinya kata Abdul Muis asal Tembilahan
Indragiri Hilir Riau itu, bahwa Pemerintah Kota Batam tidaak semata-mata
bersandar ke sektor Industri ditengah merosotnya ekonomi global. Dana besar,
tambah Abdul Muis memang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata termasuk perbaikan dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
Lain halnya dengan Hamid yang mengaku berasal dari Cirebon Jawa Barat. Hamid
yang mengaku sudah 15 tahun berada di Batam, sebenarnya menyambut positif
pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemko Batam saat ini. Hanya saja, banyak pedagang kaki lima yang
akhirnya tidak bisa berjualan karena terkena pelebaran jalan. Ia berharap,
pedagang kaki lima bisa ditempatkan di lokasi yang memadai yang bisa dijangkau
masyarakat. Namun pada intinya, senada
dengan elemen masyarakat lainnya, Hamid mengakui, besarnya potensi Batam
di bidang pariwisata untuk mendongkrak lebih tinggi pendapatan daerah. Kedua
orang diatas yang berbeda profesi ini pun dan elemen masyarakat lainnya, mengucapkan
Dirgahayu Hari Jadi Batam ke 189,
semoga Batam semakin Berjaya dengan payung budaya Melayu dan sektor
pariwisata menjadi andalan di masa depan di samping sebagai Kota Industri untuk
menambah Devisa daerah. Semoga.
(arifin)