Hasil Panen di Desa Parbubu Tarutung Merosot Penyebab Utama Pemburu Menembaki Harimau Lalang dan Ular Pemangsa Tikus
sinarkepri.co.id-Tarutung-Dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, hasil panen di Tarutung, tepatnya di Desa Parbubu,
menurun drastis. Sejumlah petani padi
mengeluh merosotnya hasil pertanian mereka secara drastis dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya,
kata sejumlah petani kepada wartawan media ini disebabkan kelangkaan ular dan harimau lalang atau dalam bahasa batak dikenal dengan babiat ri dimana kedua satwa tersebut memangsa tikus. Karena kelangkaan ular dan harimau ilalang mengakibatkan tikus merajalela memakan tumbuhan padi sebelum
panen.
Maraknya hama tikus saat ini disebabkan pemangsa tikus seperti ular
sawah dan harimau lalang atau lebih dikenal dengan bahasa batak babiat ri, kini
telah musnah atau sudah sangat jarang akibat perburuan yang tak terkendali. Para pemburu ular dan harimau lalang, umumnya
datang dari kota Tarutung yang dijadikannya sebagai hoby. Anehnya, para pemburu yang meyalurkannya
sebagai hoby, disebut-sebut yang mengerti
hukum karena seharinya bekerja di instansi lembaga hukum maupun di instansi
pemerintah beroperasi malam harinya mulai pukul 22.00 WIB hingga dini hari.
Warga di Desa Parbubu yaitu Parbubu I
dan Parbubu II sebenarnya sudah melakukan protes terhadap instansi
terkait dalam hal ini Dinas pertanian akan merosotnya hasil panen padi saat
ini. Dalam waktu dekat ini, sejumlah
warga menyebut, akan merapatkannya dengan
tokoh adat dan tokoh masyarakat, agar pemburu dari Kota Tarutung
menghentikan perburuan ular dan harimau lalang di sawah-sawah warga. Salah seorang warga kepada media ini Kamis (14/6)
sore menjelaskan: sudah menjadi pemandangan biasa, para pemburu menenteng senapan
angin menjelang pukul 22.00 WIB seraya membawa alat penerangan seperti senter. Jika misalnya melihat ular di
swah warga, langsung saja menembakinya.
Kemudian ularnya dibawa pergi
"Ini sebenarnya dilarang karena bisa memusnahkan habitat binatang melata itu yang sebenarnya selama ini membantu petani memburu tikus", ujarnya dengan kesal.
"Ini sebenarnya dilarang karena bisa memusnahkan habitat binatang melata itu yang sebenarnya selama ini membantu petani memburu tikus", ujarnya dengan kesal.
Pemerintah
dalam hal ini Dinas pertanian harus melihat kenyataan ini dimana pemburu ular
dan harimau lalang seenaknya menembakinya di sawa-sawah warga, kata sejumlah
warga Parbubu kepada media ini Kamis (14/6) sore. Bantuan pupuk dan alat pertanian dari
pemerintah akan sia-sia, jika pemburu ular dan harimau lalang itu terus
dibiarkan merajalela, tambah sejumlah warga Desa Parbubu kepada media ini. (sihol tobing)