Header Ads

Malaysia Tertekan Lonjakan Covid-19, Warga Luapkan Amarah Lewat Tagar #KerajaanGagal

Pekerja medis memakai APD mengangkut peti mati dalam pemakaman pasien Covid-19 di Klang, Malaysia, pada Minggu (23/5/2021). Kasus Covid-19 Malaysia bertambah lebih dari 6.000 kasus selama tujuh hari beruntun sejak 18 Mei dalam gelombang ketiga.(AP PHOTO/VINCENT THIAN) 

sinarkepri.co.id.KUALA LUMPUR-Covid-19 Malaysia memburuk dalam seminggu terakhir dengan infeksi harian dan kematian mencapai rekor tertinggi pada Selasa (25/5/2021). Video lima petugas medis berbaju pelindung putih berjuang menyadarkan pasien Covid-19 di pusat karantina di tepi ibu kota Malaysia menjadi viral minggu lalu. Pada Selasa (25/5/2021) Reuters melaporkan, perjuangan yang berakhir dengan kegagalan itu menimbulkan kemarahan di masyarakat “Negeri Jiran.” 

Banyak yang melihat tekanan pada sistem kesehatannya di tengah lonjakan kasus Covid-19 itu, sebagai akibat dari penanganan pandemi pemerintah yang salah langkah. Selama berminggu-minggu tagar yang ramai di Twitter itu digunakan oleh orang Malaysia untuk menyuarakan kemarahan mereka.  "Kapal (negara) kami tenggelam. Kapten (pemerintah) tidak dapat dihubungi," komentar salah satu pengguna Twitter pada video akhir pekan lalu yang menggunakan tagar #KerajaanGagal, atau 'pemerintahan yang gagal.' “Pada saat ini, cukup banyak yang malu menjadi orang Malaysia dengan pemerintahan seperti ini yang terus menerus gagal sampai kita dibandingkan dengan tetangga.” Tulis akun Gurmesh. Akun Mahathir Mahzan berkicau “Kami membutuhkan tindakan yang berani, PM (Perdana Menteri) masa perang dan kabinet masa perang yang ramping dan efektif. Sayangnya kami memiliki kabinet yang bengkak dan sangat tidak kompeten.” #KekaisaranGagal. 


We need bold action, a wartime PM and a wartime cabinet                                                                  which is lean and effective. Unfortunately we have a                                                                        bloated and grossly incompetent cabinet. #KerajaanGagal


      Focus  Malaysia @FocusMalaysiaMY
The PM is literally surrendering to time and fate to get us out of the                                              COVID-19 pandemic and placing all eggs in the vaccine basket in the                                                  hope that it will be the panacea.       
                                                        
focusmalaysia.my/top/covid-19-n

6:34  PM  May 26, 2021

Meskipun keadaan darurat diberlakukan pada Januari, pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin terlihat masih berjuang untuk mengendalikan infeksi. Hal ini memicu kemarahan publik. Kementerian kesehatan dan kantor Muhyiddin tidak segera menanggapi permintaan komentar. Reuters melaporkan, pasien dalam klip video bernama Abdul Malik Daim (43 tahun), meninggal di samping tempat tidur susunnya, di fasilitas karantina pada Sabtu (22/5/2021). Pasien Covid-19 itu diketahui telah menjalani perawatan selama tiga hari, setelah dia dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut. “Meski batuk terus-menerus, pemeriksaan awal mendiagnosisnya sebagai penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi. Abdul Malik dipandang sebagai pasien berisiko rendah karena tidak ada gejala lain,” kata saudaranya, Abdul Rahim Daim. "Mungkin mereka harus menjalani pemeriksaan lagi atau menyuruh pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu," katanya kepada Reuters. Malaysia telah melaporkan lebih sedikit kasus daripada negara tetangga Indonesia dan Filipina. Tetapi rasio infeksi, lebih dari 16.000 per satu juta, adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional. Akan tetapi, kemarahan publik disebut mungkin tidak memiliki dampak politik langsung. Pasalnya parlemen Malaysia ditangguhkan selama keadaan darurat dan pemilihan umum tidak akan berlangsung hingga 2023. Muhyiddin mengatakan pemilihan awal akan diadakan jika aman untuk dilakukan.

Tanggung jawab bersama

 Pada Minggu (23/5/2021), Muhyiddin mengatakan dia siap menerima kritik selama masyarakat memainkan perannya dalam mengendalikan infeksi. "Mereka bisa memanggil saya 'perdana menteri bodoh', tidak apa-apa," katanya dalam wawancara yang disiarkan televisi. "Saya tahu betapa sulitnya mengelola, tapi ini tanggung jawab kita bersama." Pihak berwenang telah dikritik karena tidak memberlakukan pembatasan yang lebih ketat atau mengambil tindakan yang lebih keras terhadap pelanggaran lockdown. Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari, tapi ada tuduhan bahwa beberapa penerima vaksin mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan. Lonjakan Covid-19 Malaysia menekan sumber daya rumah sakit, di mana tingkat hunian melebihi 70 persen minggu lalu di tempat tidur dan unit perawatan intensif untuk pasien Covid-19.

Pakar kesehatan mengatakan kematian Abdul Malik adalah tanda sistem kewalahan dan menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk mencegah keruntuhan. Pihak berwenang memperketat pembatasan Covid-19 selama akhir pekan, tetapi menghentikan penutupan penuh. Pemerintah menyatakan beberapa industri perlu tetap buka. “Banyak yang khawatir bahwa penutupan yang ketat akan merusak perekonomian,” kata Adeeba Kamarulzaman, spesialis penyakit menular di Universitas Malaya. "Tapi dampaknya akan lebih buruk, atau berlangsung lebih lama, jika kita melanjutkan dengan tindakan setengah hati.". (Kompas.com)



 




Diberdayakan oleh Blogger.