Header Ads

Sebelum KRI Nanggala-402 Hilang Kontak, Mereka Menelepon Ibunda

 


JawaPos.com – Kabar itu seperti lindu yang mengguncang Rosita dengan keras. Perempuan 56 tahun tersebut limbung: antara sedih, cemas, dan berharap.  Kabar dari kerabat di Surabaya pemicunya. Juga, telepon dari sang menantu. Mayor Pelaut Eko Firmanto, putra Rosita, berada di dalam KRI Nanggala-402 yang sampai kemarin belum ditemukan setelah hilang kontak.  “Semoga secepatnya ditemukan,” kata Rosita pelan ketika ditemui Radar Tegal kemarin (22/4).

Rosita sangat yakin anaknya dan 52 awak kapal lain dapat ditemukan dalam kondisi selamat. Rosita juga percaya pemerintah akan melakukan upaya maksimal dan terbaik untuk menyelamatkan mereka. “Sampai saat ini saya masih mengikuti perkembangannya, baik dari kerabat yang di Surabaya maupun dari pemberitaan di televisi,” ujarnya di kediamannya, Desa Kaladawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Eko bertugas di kapal selam TNI-AL di Surabaya sejak lulus pendidikan Akabri pada 2004. Menurut Rosita, Minggu lalu (18/4), Eko sempat menghubunginya melalui telepon untuk memberi kabar bahwa dirinya akan bertugas berlayar di perairan lokal. “Terakhir pulang itu Lebaran dua tahun lalu,” katanya.

Di kapal yang sama, ada dua warga Banyuwangi yang ikut bertugas: Sertu Dedi Hari Susilo, juru diesel, dan Serda Pandu Yudha Kusuma, operator senjata. Sebagaimana halnya Rosita di Tegal, keluarga Dedi dan Pandu juga demikian waswas menunggu perkembangan pencarian.

Sudarmaji, ayah Dedi, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi menuturkan, sejak KRI Nanggala dikabarkan hilang kontak, dia bersama istri langsung mencari informasi. Pada Kamis pagi (22/4), keluarga yang tinggal di Mojopanggung, Banyuwangi, itu mendatangi Lanal Banyuwangi di Ketapang.   ”Anak saya sudah 12 tahun bertugas di Angkatan Laut, tapi baru satu tahun ini menjadi kru KRI Nanggala,” ungkap Sudarmaji.

Dia mengaku tak pernah mengetahui di mana putranya tersebut ditugaskan selama menjadi kru kapal selam. Apalagi tugas kapal selam tidak bisa sembarangan diberitahukan. Sudarmaji hanya bisa berdoa semoga putranya dan ABK lain bisa dievakuasi dengan selamat. ”Lima belas hari lalu dia sempat pulang, itu komunikasi terakhir. Setelah itu, tidak ada komunikasi lagi,” ungkap Sudarmaji.

Kecemasan serupa menyelimuti keluarga Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmada II Kolonel Laut (P) Harry Setyawan. Tapi, mereka tak pernah berhenti berharap dan berdoa.   ”Harry sangatlah tangguh. Meski kapal (KRI Nanggala-402) belum ditemukan, saya tetap optimis Harry beserta seluruh kru masih dapat selamat,” kata Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie, kakak sepupu Kolonel Laut (P) Harry Setyawan.

Kabar hilang kontak KRI Nanggala kali pertama diketahui melalui pesan pada salah satu grup WhatsApp di handphone Kicky. Seketika, Kicky teringat kepada Harry. Sebab, dua minggu lalu, Kicky baru saja bertemu dengan adik sepupunya tersebut.  Mereka makan dan bermain musik. Kebetulan, keduanya mempunyai hobi yang sama: bermain alat musik. Di sela-sela pertemuannya, Harry mengatakan akan mengikuti latihan tempur di perairan utara Bali.

Latihan baru akan dimulai Kamis (22/4). Namun, Harry berangkat sejak Senin (19/4). Sebab, dia harus mempersiapkan semuanya. Mulai kesiapan pasukan hingga peralatan tempur yang dibutuhkan dalam latihan tersebut.  ”Sebelum berangkat, Harry sempat meminta izin ke ibunya yang berada di Depok, Jawa Barat,” kata pria 47 tahun itu.   Untuk memastikan kabar tersebut, Kicky menghubungi Wini, istri Harry. Dan, Wini pun mengiyakannya.

Kabar buruk itu membuat seluruh pihak keluarga panik. Beberapa kali Ida Farida, ibunda Harry, menghubunginya hanya untuk menanyakan kabar terbaru. " Karena belum ada kabar pasti, Kicky belum bisa menjawabnya. Sambil menunggu informasi terbaru, Kicky mencoba menenangkan seluruh pihak keluarga. ’’Seluruh keluarga harus tetap tenang dan tidak bosan-bosan memberikan doa terbaik untuk seluruh kru KRI Nanggala,” katanya.

Tadi malam Ida bertolak dari Depok menuju Sidoarjo melalui jalur darat. Kemungkinan pagi ini sampai di kediaman Harry di rumah dinas TNI-AL, Gedangan.  ”Kalau untuk pergi ke lokasi kejadian belum ada rencana. Namun bisa saja dilakukan. Saat ini yang terpenting semua anggota keluarga bisa berkumpul di sini (Sidoarjo) sehingga bisa saling menjaga dan menenangkan satu sama lain,” ujarnya. (JawaPos.com)

Diberdayakan oleh Blogger.