Wapres Mike Pence Diduga Penulis Artikel Kontroversial Turunkan Trump
Wakil Presiden AS Mike Pence (foto AFP, Joe Raedle) |
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah opini yang ditulis seorang staf
Gedung Putih di New York Times Kamis (6/9/2018) menjadi polemik. Sebabnya,
opini tersebut menyebut adanya rencana pejabat Gedung Putih untuk mendongkel
Presiden Donald Trump dari jabatannya. Si staf misterius mengatakan langkah itu
harus dihancurkan untuk menyelamatkan Amerika Serikat ( AS) dari Trump yang
dianggap tak becus mengelola negara.
Artikel itu membuat Gedung
Putih melakukan pencarian, sementara Trump menuntut The Times membeberkan
identitas si penulis dan menyerahkannya. BBC melakukan sebuah tes menggunakan
perangkat lunak untuk mencari tahu identitas sesungguhnya si staf tersebut.
Perangkat lunak itu melakukan analisis berdasarkan gaya penulisan si staf. BBC
memulai pencarian dengan setiap pidato yang disampaikan tanpa persiapan.
Petunjuk Pencarian kemudian dikhususkan pada
beberapa faktor. Seperti pernyataan editor opini The Times, James Dao. Dia
berujar begitu terkesan dengan kejelasan penulisan serta emosi yang ditumpahkan
oleh si staf dalam opininya. Dao mengonfirmasi bahwa si editor yang menangani
tulisan itu tidak menghapus karakteristik tulisan si staf yang bisa memberi
petunjuk. Kemudian dalam twit yang disampaikan The Times, si penulis
dideskripsikan sebagai pria (he). The Times lalu memberi pernyataan lanjutan si
pengunggah twit tak tahu identitas penulis
Analisis Perangkat lunak
menganalisis gaya tulisan termasuk pengulangan, kata aneh dan seberapa sering
digunakan, tanda baca dan digunakan di mana. Sebagai permulaan, rata-rata
kalimat yang digunakan di opini itu tergolong rendah, yakni 19,3 kata per
kalimat. BBC membandingkannya dengan sejumlah keterangan resmi yang dikeluarkan
oleh para pejabat Gedung Putih. Antara lain pernyataan Sekretaris Pers Sarah
Sanders tentang Suriah di 4 September (rata-rata 31 kata per kalimat). Kemudian
surat dari Trump kepada Senat AS pada 28 Agustus yang mempunyai rata-rata 30
kata per kalimat.
Kesimpulan BBC melansir,
hanya ada satu pejabat di Gedung Putih yang mempunyai pernyataan lebih pendek
dibandingkan lainnya. Namanya adalah Michael Richard Pence, atau Mike Pence,
yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden AS. Terdapat beberapa bukti
pidato yang disampaikan Pence pendek: 1. Pada 31 Agustus saat jenazah Senator
John McCain disemayamkan: 17,4 kata per kalimat. 2. Konvensi Nasional ke-100
Legiun AS pada 30 Agustus: 17,6 kata per kalimat. 3. Rencana administratif
untuk luar angkasa di Houston pada 23 Agustus: 19,7 kata per kalimat. Baca
juga: Trump Minta Identitas Penulis Artikel Kontroversial Segera
Diungkap Kemudian BBC juga
mengomparasikan dengan kolom yang ditulis Pence sewaktu menjadi penyiar radio
di 1990-an. Kolom tua itu mempunyai gaya yang konsisten: pendek, kalimat yang
mudah dicerna jika dibandingkan rilis pejabat lain. Opini itu juga menggunakan
kalimat pasif, begitu mirip dengan yang digunakan wapres berusia 59 tahun itu
dalam setiap pidatonya. Pence diketahui menggunakan struktur pasif itu tujuh
kali di Houston, tiga kali di Legiun AS, dan satu kali di kolom tentang mengapa
Bill Clinton harus dimakzulkan. Bukti lain adalah dalam artikel tersebut,
terdapat kata lodestar yang cukup sering digunakan Pence setiap menyampaikan
pidato. Sebelum analisis itu dilakukan Pence melalui juru bicaranya, Jarrod
Agen, menyampaikan bantahan melalui Twitter. Video Pilihan Media Lokal Sebut
Jokowi Tak Hormati PM Selandia Baru "Bapak Wapres selalu menempatkan
namanya setiap menulis opini. The Times seharusnya malu merilis artikel yang
salah dan tak logis itu," kata Agen. *